Minggu, 30 Januari 2011

Meninggalkan Dia demi DIa


Terinspirasi dari wall post seseorang di sebuah situs jejaring social, yang akhirnya membuka hati dan mata ku tentang cinta yang sejati dan abadi.

Cinta….
Pasti yang ada dipikiran kalian adalah pacaran, mesra-mesraan, dll. Aku pun jujur, pernah mengalaminya. Tapi,  tahukah kalian bahwa itu adalah cinta yang didasari karena nafsu, cinta karena syaitan… Bodohnya aku, aku baru membuka mata dan hati ku sekarang. Sampai saat ini aku pun masih menyesalinya… Semoga Allah swt mengampuni dosaku.
Suatu hari, aku mengenal seorang laki-laki yang sangat taat pada Allah swt, sangat rajin beribadah, latar belakang agama keluarganya pun sangat baik. Tanpa sadar kami pun menjadi dekat ( Ya Allah… Sungguh ini bisikan syaitan)…

Memang kami tidak menjurus kearah yang membawa kami pada keburukan, justru sebaliknya. Kami saling mengingatkan pada kebaikan, mengingatkan untuk shalat lima waktu, tahajud, dhuha, puasa, mengaji, dll.
Sempat terlintas dipikiran aku, bahwa aku yakin dia akan membawaku pada kebaikan. Aku yakin Allah swt mengirim dia untuk menuntunku ke jalan-Nya yang lurus. Aku sangat bahagia mengenalnya dan bersyukur karena ini pasti salah satu takdir Allah yang indah. Kadang aku juga berfikir, kenapa kita tidak bertemu saat dewasa nanti, sehingga aku bisa berharap  dia yang akan menjadi imamku nanti. Tapi, itu sama saja aku menyalahkan Allah…

Ternyata, aku disadarkan oleh isi wall post seseorang. Di dalamnya tertulis..

“Kemudian aku teringat ucapan sahabat aku yang lain “De, gue mau mencintai laki-laki yang soleh yang bisa mendekatkan gue kepada ALLAH“. Jujur aku tidak setuju dengan pernyataan ini, karena buat aku mendekat kepada ALLAH itu hukumnya utama, persoalan apakah kemudian aku akan diberi pasangan yang soleh atau tidak itu mutlak hak ALLAH, karena kalau aku sudah memperolah cinta ALLAH maka pastilah ALLAH akan menitipkan aku pada kekasihnya yang lain, perempuan yang baik untuk lelaki yang baik dan sebaliknya, itu janji ALLAH dan ALLAH tidak pernah ingkar janji
Jadi jangan dibalik seperti sahabat aku, cari laki-laki dulu untuk mendekati ALLAH makanya gak dapat dapat dan mau sampai kapan begitu? Laki-laki gak dapat, ALLAH pun semakin jauh, yang benar adalah cari ALLAH dulu, dan jikapun cinta laki-laki itu hadir, tanyakan lagi dan pulangkan  kepada ALLAH untuk mengukur apakah cinta ALLAH yang didahulukan atau sebaliknya jangan takut kehilangan.”

Kutinggalkan Dia demi DIA
Duhai kau yang kucintai … ”namamukah yang tertulis di lauh mahfuz sana sebagai jodoh aku?”  Belum tentu, ”engkaukah yang akan menemani aku di titian jalan menuju syurga? Dirimukah yang akan melengkapkan separuh dari agama aku?” Jawaban dari pertanyaan ini ada pada ALLAH, bukan dihati aku dan hatimu. Dan jika kamu tercipta bukan untuk aku, haruskah aku marah kepada ALLAH, tentu tidak jika luka kita kembalikan kepada pemilik cinta, dariNYA cinta berasal dan kembali padaNYA  
apakah ketampanan yang ALLAH berikan menghias wajahmu ini diciptakan ALLAH untuk aku?”  tolong jawab!! Dan bisa dipastikan kamu takkan pernah dapat memberi jawaban “apakah kamu tercipta untuk aku” karena jawabannya bukan di tanganmu, tetapi di tangan ALLAH, di tangan TUHAN kita, iya ALLAH, TUHAN aku dan TUHAN kamu.

Tahukah kamu, hatiku gelisah memikirkanmu, takut kehilangan mu, terbayang betapa beratnya ketika kamu tidak ada, menjalani hari hari tanpa sms darimu, tak ada lagi gelak tawa canda dan nasehat yang kerap hadir di perbincangan kita, tak ada lagi senyummu yang selalu menenangkan hati aku, tak ada lagi yang akan menanyakan bagaimana keadaan ku hari ini, sudah makankah aku, menjadi pengingat untuk mengaji, sudah shalat tepat pada waktunya bahkan menjadi alarm ku di malam hari untuk tahajud…
Namun ketakutan ini mengalahkan ketakutan ku kepada ALLAH, aku takut DIA murka karena aku menikmati yang bukan hak ku, takut murka ALLAH karena jantung ku yang berdegup kencang telah aku isi dengan bayangan mu yang sangat lekat dipikiran ku, padahal detak jantung ini titipan ALLAH yang harus aku pertanggungjawabkan.

Jadi maafkan aku jika  ketakutan ku pada ALLAH melebihi kegelisahan aku memikirkan kamu yah, biarkan aku sendiri dulu, izinkan aku bersama DIA saja

“Now, I have to leave you for the sake of ALLAH”

Sesungguhnya ALLAH takkan pernah menyia-yiakan pengorbanan kita. Bila kita tinggalkan semua ini karena ALLAH, yakinlah akan hadir sesuatu yang indah di hari akhir nanti, bukankah kamu yang bilang ketika kita mengejar akhirat maka dunia akan mengikuti “Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). Dan kelak TUHANmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi [[ikhlas] puas” (QS. Ad-Dhuhaa [93]: 4-5)
 
Kini aku tinggalkan dirimu karena ALLAH, aku kembalikan kamu kepada pemilikmu, aku titipkan lelaki terbaik yang pernah hadir dalam hidup aku ini kembali kepada sang pemilik CINTA yang sesungguhnya, ALLAH. Sesungguhnya kita harus bertawakkal kepada ALLAH bukan? Iya bertawakal kepada ALLAH, TUHANku dan TUHANmu.

Kekasihku, janganlah bersedih atas perpisahan sementara ini. Jika benar aku tercipta untukmu  maka tidak ada yang dapat menghalanginya bukan? Namun sebelum saat itu tiba berdoalah pada ALLAH semoga kita berdua diberi kekuatan untuk berpisah, mohonlah padanya dengan penuh pengharapan, tak ada yang perlu kita tangisi, kita hanya berpisah sementara sampai ALLAH menjadikan semua halal untuk kita.
Dan ketika kamu merasa lemah, mohonlah kekuatan dari-NYA, kamu seseorang pilihan ALLAH, jagalah cahayamu. Jangan biarkan cinta merusaknya, aku berdoa untukmu, selalu. Mari kita berlari mencari cinta ALLAH, berlomba lomba berbuat kebaikan agar dimata ALLAH kita pas untuk dipasangkan, jika saatnya tiba semua halal untuk kita, ini adalah hasil dari upaya kita mengejar cinta ALLAH.

Iya hingga label  “halal” itu menjadi milik kita. 

“Bukankah makan diwaktu magrib lebih indah setelah berpuasa, daripada makan diwaktu magrib setelah seharian makan yang enak enak”. Iya kita jadikan perpisahan ini sebagai “puasa” dan berbuka kemudian